HAKIKAT ANAK DIDIK
KELOMPOK 4
Rahmi Nike
Rosahin
Rusmaliana
M. Zainal
Abidin
Lisa Ariani
PEMBAHASAN
A.
HAKIKAT ANAK DIDIK SEBAGAI MANUSIA
Sebelum mempelajari
secara khusus mengenai anak didik dalam kaitannya sebagai siswa/subjek belajar,
perlu kiranya melihat diri anak didik itu sebagai manusia. Dengan kata lain,
perlu dijelaskan dulu menngenai hakikat manusia.
Sebab manusia adalah masalah “kunci” soal utama dalam kegiatan pendidikan.
Bagaimana manusia itu bertingkah laku, apa yang menggerakkan manusia sehingga mampu mendimisasikan dirinya
dalam berbagai perilaku kehidupan. Dalam hal ini, ada beberapa pandangan
mengenai hakikat manusia.
1.
Pandangan Psikoanalitik
Brend
mengemukakan bahwa struktur kepribadian individu seseorang itu terdiri dari
tiga komponen yakni: id, ego dan super-ego.
Id atau Das Es adalah aspek
biologis kepribadian yang orisinil. Id meliputi berbagai insting manusia yang
mendasari perkembangan individu. Dua insting yang penting adalah insting
seksual dan agresi.
Ego atau das ich merupakan
aspek psikologis ke pribadian yang timbul dari kebutuhan organisme untuk dapat
berhubungan dengan dunia luar secara realistis.
Super-ego atau das uber ich adalah apek
sosiologis kepribadian yang merupakan wakil nilai-nilai serta cita-cita
masyarakat menurut tafsiran orang tua kepada anak-anaknya, yang diajarkan
dengan berbagai perintah dan larangan. Super-ego lebih merupakan hal yang
bersifat ideal dari pada hal yang riil, lebih merupakan kesempurnaan dari pada
kesenangan.
Dalam dinamika dan realitas
kehidupan pribadi, id lebih cendrung pada nafsu, sedangkan super-ego lebih
cendrung kepada hal-hal yang moralis. Kemudian agar tercipta keseimbangan
hidup, maka id dan super ego harus dijembatani hal yang bersifat realistik,
yakni ego/ das ich.
2.
Pandangan Humanistik
Rogers, tokoh dari
pandangan humanistik, berpendapat bahwa manusia memiliki dorongan untuk
mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif. Manusia itu rasional dan dapat
menentukan nasibnya sendiri. Manusia adalah individu dan menjadi anggota
masyarakat yang dapat bertingkah laku secara memuaskan.
Kemudian Adler yang juga
pendukung pandangan humanistik, berpendapat bahwa manusia tidak semata-mata
digerakkan oleh dorongan untuk memuaskan kebutuhan dirinya sendiri, tetapi
manusia digerakkan dalam hidupnya sebagian oleh rasa tanggung jawab sosial dan
sebagian lagi oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu.
3.
Pandangan Martin Buber
Manusia merupakan suatu data
keberadaan yang berpotensi, namun diharapkan pada kesemestaan alam, sehingga,
manusia itu terbatas. Keterbatasan ini bukanlah keterbatasan yang esensial,
tetapi keterbatsan faktual.
4.
Pandangan behavioristik
Pandangan dari kaum behavioristik
pada dasarnya menganggap bahwa manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif yang
tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar.
Hakikat anak didik adalah manusia
dengan segala dimensinya seperti diuraikan melalui berbagai pandangan tentang
manusia seperti di atas. Manusia adalah sentral dalam setiap aktivitas. Oleh
karena dalam kegiatan belajar, manusia adalah subjek belajar.
Dari ke empat pandangan manusia
tersebut ada beberapa pengertian pokok yang sangat relevan untuk memahami
hakikat anak didik sebagai subjek belajar. Pengertian-pengertian pokok itu
adalah sebagai berikut.
a. Manusia pada
dasarnya memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya.
b. Dalam diri
manusia ada fungsi yang bersifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial individu.
c. Manusia
mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan mengontrol
dirinya dan mampu menentukan nasibnya sendiri.
d. Manusia pada
hakikatnya dalam proses “menjadi”, akan berkembang terus.
e. Dalam
dinamika kehidupan individu selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik.
f. Manusia
merupakan suatu keberadaan berpotensi yang perwujudannya merupakan
ketakterdugaan. Tetapi potensi itu bersifat terbatas.
g. Manusia
adalah makhluk tuhan, yang sekaligus mengandung kemungkinan “baik” dan “buruk”.
h. Lingkungan
adalah penentu tingkah laku manusia dan tingkah laku itu merupakan kemampuan
yang dipelajari.
B. ANAK
DIDIK SEBAGAI SUBJEK BELAJAR
Siswa atau anak didik adalah salah
satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses
belajar-mengajar. Didalam proses belajar-mengajar, siswa sebagai pihak yang
ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara
optimal. Siswa atau anak didik itu akan menjadi faktor “penentu” sehingga
menuntut dan dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai
tujuan belajarnya.
Pandangan yang menganggap siswa atau
anak didik itu sebagai objek, sebenarnya pendapat usang yang terpengaruh oleh
konsep tabulasi bahwa anak didik diibaratkan sebagai kertas putih yang dapat
ditulisi sekehendak hati oleh para guru/pengajarnya. Dalam konsep ini berarti
siswa hanya positif seolah-olah “barang”, terserah mau diapakan, mau dibawa ke
mana, terserah kepada yang akan membawanya/guru. Sebaliknya guru akan sangat
dominan, ibarat raja di dalam kelas.
B.
KEBUTUHAN SISWA
Pemenuhan kebutuhan siswa, di
samping bertujuan untuk memberikan materi kegiatan setepat mungkin, juga materi
pelajaran yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan, biasanya menjadi lebih
menarik. Dengan demikian, akan membantu pelaksanaan proses belajar-mengajar.
Adapun yang menjadi kebutuhan siswa antara lain dapat disebutkan dibawah ini.
1.
Kebutuhan jasmaniah
Hal ini berkaitan dengan tuntutan
siswa yang bersifat jasmaniah, entah yang menyangkut kesehatan jasmani yang
dalam hal ini olahraga menjadi materi utama. Disamping itu kebutuhan-kebutuhan
lain seperti makan, minum, tidur, pakaian dan sebagainya, perlu mendapat
perhatian.
2.
Kebutuhan sosial
Dalam hal ini sekolah harus
dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, bergaul dan berpartisipasi
dengan lingkungan, seperti misalnya bergaul sesama teman yang berbeda jenis
kelamin, suku bangsa, agama, status sosial dan kecakapan.
3.
Kebutuhan intelektual
Ada beberapa hal developmental
tasked yang harus dipenuhi oleh setiap individu manusia subjek belajar.
a.
Memahami dan menerima baik keadaan jasmani
b.
Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman
sebayanya.
c.
Mencapai hubungan yang lebih “matang” dengan orang
dewasa.
d.
Mencapai kematangan emosional.
e.
Menuju kepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan
finansial.
f.
Mencapai kematangan intelektual.
g. Membentuk
pandangan hidup.
h.
Mempersiapkan diri untuk mendirikan rumah tangga
sendiri.
Kedelapan developmental tasked di
atas harus dapat dipenuhi bagi setiap orang. Hal ini juga dapat digunakan
sebagai usaha memecahkan persoalan pemenuhan kebutuhan anak didik. Yang penting
bagaimana sekolah, khususnya guru dapat mengenal anak didik sebaik-baiknya,
agar dapat memberikan layanan dan bimbingan
yang lebih serasi, konstruktif
dan produktif.
D. PENGEMBANGAN
INDIVIDU DAN KARAKTERISTIK SISWA
Sudah populer di Indonesia bahwa
tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya adalah
ingin menciptakan “manusia seutuhnya”. Manusia seutuhnya adalah persona atau
individu-individu yang mampu menjangkau segenap hubungan dengan tuhan, dengan
lingkungan/alam sekeliling, dengan manusia lain dalam suatu kehidupan sosial
yang konstruktif dan dengan dirinya sendiri. Persona atau individu yang
demikian pada dirinya terdapat suatu kepribadian terpaku baik unsur akal
pikiran, perasaan, moral dan keterampilan ( cipta, rasa, dan karsa), jasmani
maupun rohani, yang berkembang secara penuh.
Karekteristik siswa adalah
keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari
pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam
meraih cita-citanya.
Mengenai pembicaraan karakteristik
siswa ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a.
Karakteristik atau keadaan yang berkenan dengan
kemampuan awal atau prerequisite skills, seperti misalnya kemampuan
intelektual, kemampuan berpikir, mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan
aspek psikomotor.
b.
Karakteristik yang berhubungan dengan latar-belakang
dan status sosial.
c.
Karakteristik yang berkenaan dengan
perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
Adapun karakteristik siswa yang
dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa:
1.
Latar-belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan.
2.
Gaya belajar.
3.
Usia kronologi.
4.
Tingkat kematangan.
5.
Spektrum dan ruang-lingkup minat.
6.
Lingkungan sosial ekonomi.
7.
Hamatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan.
8.
Intelegensia.
9.
Keselarasan dan attitude.
10. Prestasi
belajar.
11. Motivasi dan
lain-lain.
Disamping data atau
keterangan-keterangan diatas, guru dalam perannya sebagai pendidik, pembimbing
dan pengganti orang tua disekolah, perlu mengetahui data-data pribadi dari anak
didiknya. Data-data pribadi itu misalnya saja:
1.
Keterangan pribadi, seperti nama, tanggal dan tempat
lahir, alamat, jenis kelamin, nama orang tua/wali, kebangsaan, agama.
2.
Keadaan rumah seperti: pekerjaan orang tua, jumlah
adik, pendidikan orang tua, agama orang tua, suasana rumah, status rumah (
menyewa, indikos, rumah sendiri).
3.
Kesehatan seperti penyakit-penyakit tertentu, cacat
badan, kebiasaan hidup.
4.
Sifat-sifat pribadi.
Cara mendapatkan data atau
keterangan mengenai keadaan dan karakteristik siswa antara lain sebagai
berikut:
1.
Menggunakan berbagai jenis tes. Sebagai contoh
misalnya tes penyelidikan penguasaan bahan pelajaran, bakat anak, tes
penyelidikan watak anak.
2.
Melakukan observasi. Mengadakan pengamatan terhadap
perilaku anak didik di dalam kelas, merupakan suatu langkah yang sangat baik
untuk memperoleh data tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak
didik.
3.
Mengunjungi rumah. Kunjungan rumah dari guru ke orang
tua murid/siswa, dapat mengungkap keterangan bagaimana keadaan latar belakang
keluarga, mungkin juga soal keadaan sosial ekonomi siswa, bagaimana keadaan
lingkungannya.
4.
Menggunakan angket. Untuk mengetahui data pribadi dan
latar-belakang serta bakat dan minat dapat juga dilakukan dengan cara pengisian
angket.
Kepada teman sekalian yang ingin berkomentar di blog ini kami persilahkan sampai hari kamis, 11 April 2013 pukul 05.00 WITA.
BalasHapusBagi yang berkomentar melebihi batas tersebut, mohon maaf kami tidak bisa melayani..
Terima Kasih..
sebelumnya kami minta maaf jika nama blog kami tidak sesuai. maaf jika nama blog kami menggunakan nama salah satu anggota kelompok kami. hal ini karena terjadi kesalahpahaman saat pembuatan blog yang tidak perlu kami jelaskan secara terperinci disini. terima kasih..
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusMahmudi Ramadhani (A1B109014)
BalasHapusApa yang terjadi pada pendidikan di Indoensia yang dilihat dari kualitas pendidikannya semakin hari semakin menurun.
Siswa hanya positif seolah-olah “barang”, terserah mau diapakan, mau dibawa ke mana, terserah kepada yang akan membawanya "guru". Sebaliknya guru akan sangat dominan, ibarat raja di dalam kelas.
bagai mana pendapat kelompok mengenai dua penyataan di atas......
Lisa Wulandari (A1B110036)
Hapussaya mencoba menanggapi pernyataan yg ke-2 dari saudara Mahmudi Ramadhani.
Sebenarny sya sdikit keberatan, dalm pernytaan tsb seolah olah guru menjadi seorang yg memiliki kuasa untuk mengarahkan siswa entah itu baik ataupun tidak.
Memang guru memiliki kuasa, tetapi tentu kuasa itu didasarkan pada aturan pendidikan dan pengetahuan yang ada. Bukan kuasa yg dapat menyesatkan. Bukankah skarang siswapun juga berperan serta dalam pembelajaran? Melalui pengalaman2 yang dicari dan dialami siswa sendiri dengan bimbingan guru, itu berarti guru tidak 'sangat dominan' seperti dlm pernyataan tsb.
Trmakasih
kami akan mencoba menjawab.
Hapus1. menurut kami kualitas pendidikan di Indonesia tidak semakin hari semakin menurun seperti pernyataan saudara. pada kenyataannya pendidikan di Indonesia semakin meningkat seperti dilihat dari nilai siswa di sekolah dan semakin beragamnya pelajaran yang diberikan di sekolah. Jaman dulu tidak ada pelajaran bahasa Jepang, Mandarin, dan Arab di sekolah, sekarang sudah ada pelajaran tersebut di sekolah meskipun hanya sekolah tertentu saja. pelajran anak SD pun sekarang sudah meningkat, banddingkan saja jaman kita dulu, pelajaran bahasa inggris di mulai saat kelas 3 tapi sekarang sudah dimulai sejak SD kelas 1.
2. kami setuju dengan pendapat Lisa. W, guru memang memiliki kuasa di dalam kelas tetapi guru tidak bisa membawa murid sesuka hatinya. bukankah sekarang sudah ada model pembelajaran siswa aktif, hal ini berarti guru tidak selalu dominan di dalam kelas.
Rina Rhmawati
HapusA1B110002
Manambahkan, jika dilihat dari segi kualitas, pendidikan kita memang menurut saya juga menurun. Tapi tentu saja hal ini sudah diperhatikan oleh pemerintah. Pemerintah mencoba menerapkan beberapa kurikulum baru(walau dirasasa sedikit berlebihan jika terus menerus diganti) pun sebenarnya ada maksud, maksudnya untuk mencari cara yang sesuai dengan pendidikan kita agar pendidikan di Indondesia semakin bagus. Walaupun kenyataan di lapangan tidak semuanya seperti yang di harapkan. Di sini lah di perlukan peran serta guru. Guru di tuntut untuk lebih profesional lagi. Kita harus pintar memilih cara seperti apa yang kira-kira siswa lebih cepat memahami pelajaran. Kita bisa menggunakan metode yang sesuai yang bisa membuat siswa tertarik dengan pelajarannya. Jadi meningkatkan pendidikan ini, tentunya tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah saja, guru pun memiliki andil yang besar untuk meningkatkan pendidikan. Seperti itu pendapat saya.
Lalu, yang kedua mengenai siswa yang pasif. Hal itu tergantung dengan guru yang mengajarnya. Jika tidak ada kesempatan untuk murid bersifat aktif, maka selama itu murid akan selalu pasif. Jadi, di sini di perlukan keterampilan guru untuk membimbing anak didiknya agar bersifat aktif. Kita bisa memberikan stimulus atau reward agar siswa lebih aktif. Sekarang ini kita juga mempunyai beberapa metode yang menarik, tidak hanya ceramah di depan kelas. Kita bisa menggunakan metode yang sifatnya siswa lah yang bekerja guru hanya sebagai fasilitator. Guru di tuntut untuk lebih kreatif dan inovati dalam mengajar di kelas tidak hanya melulu ceramah, dengan demikian siswa bisa lebih tertarik dengan pelajaran sehingga mereka bisa lebih aktif di kelas.
Demikian menurut pendapat saya, jika ada yang kurang sesuai tolong di benarkan. Terimakasih.
Baiklah, diskusi kami tutup.
BalasHapusTerima Kasih untuk kalian yang sudah berpartisipasi... ^_^
Muklis Dwi Putra
BalasHapusNIM A1B110038
Assalamualaikum...
Saya ingin meminta penjelasan kelompok tentang hakikat manusia menurut pandangan Martin Buber.
"Manusia merupakan suatu data keberadaan yang berpotensi, namun diharapkan pada kesemestaan alam, sehingga, manusia itu terbatas. Keterbatasan ini bukanlah keterbatasan yang esensial, tetapi keterbatsan faktual."
Mohon kawan-kawan dapat memberikan penjelasan mengenai kutipan di atas...
Terimakasih...
kami akan mencoba menjawab pertanyaan dari Muklis.
HapusMaksudnya manusia pada hakikatnya adalah makhluk hidup yang memiliki potensi untuk berkembang. Namun sering mengalami keterbatasan dalam hal kenyataan bukannya keterbatasan dalam hal bawaan sejak lahir.
Maulida Astuti
BalasHapusNim A1B110023
Yang saya ingin tanyakan disini mengenai karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa, salah satunya adalah spektrum dan ruamg lingkup minat, tolong kelompok jelaskan secara sederhana spektrum dan ruang lingkup minat itu apa dan mengapa itu bisa mempengaruhi kegiatan belajar siswa?
Terimakasih :)
Kami akan mencoba menjawab pertanyaan dari Maulida.
Hapusspektrum dan ruang lingkup minat itu maksudnya ialah setiap individu memiliki keinginan atau minat yang tidak terbatas, kemudian mengapa itu bisa mempengaruhi kegiatan belajar siswa? karena minat itu merupakan motivasi siswa untuk belajar, minat siswa pengaruhnya besar sekali terhadap pembelajaran.seseorang itu tidak mungkin belajar tanpa tujuan, keinginan/minat.