Kamis, 25 April 2013

Tanggapan Kelompok 4

1.  Kemampuan profesional adalah kemampuan yang berkaitan dengan tugas-tugas guru sebagai pembimbing, pendidik, dan pengajar, seperti  memberikan ilmu, menilai, mengawas, panutan dan tidak boleh mencampurkan masalah di luar dengan pekerjaan.
Contohnya guru harus menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran.

Kapasitas intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental - berfikir, menalar dan memecahkan masalah.
Contohnya guru juga harus menguasai bahan yang diajarkan kepada murid.

Memiliki sifat edukasi sosial adalah kemampuan bersikap dan berakhlak baik Contohnya guru harus punya akhlak yang baik bagi muridnya.


2.     Tim sukses untuk ujian tidak selalu negatif yang berhubungan dengan bocoran kunci jawaban UAN seperti yang selama ini kita ketahui. Setiap sekolah memang ada tim sukses dalam hal positif ini seperti pengadaan les tambahan di sore hari. Tim suskses ini secara terang – terangan menyebut diri mereka sebagai tim sukses ujian. Namun, ada tim sukses “Negatif” yaitu oknum guru tertentu yang menghalalkan berbagai cara agar semua peserta ujian dapat lulus dengan baik. Dalam hal ini yang harus dibenahi adalah semuanya, baik kesiapan dan kepercayaan diri siswa dalam menghadapai UAN, kepercayaan guru terhadap kemampaun peserta, pasilitas yang akan menunjang siswa belajar, dan yang paling penting adalah penjagaan ketat dari pemerintah dan pihak – pihak lainnya agar soal maupun kunci jawaban tidak bocor.

Rabu, 03 April 2013



HAKIKAT ANAK DIDIK
KELOMPOK 4
Rahmi Nike Rosahin
Rusmaliana
M. Zainal Abidin
Lisa Ariani

PEMBAHASAN

A.        HAKIKAT ANAK DIDIK SEBAGAI MANUSIA

Sebelum mempelajari secara khusus mengenai anak didik dalam kaitannya sebagai siswa/subjek belajar, perlu kiranya melihat diri anak didik itu sebagai manusia. Dengan kata lain, perlu  dijelaskan dulu menngenai hakikat manusia. Sebab manusia adalah masalah “kunci” soal utama dalam kegiatan pendidikan. Bagaimana manusia itu bertingkah laku, apa yang menggerakkan  manusia sehingga mampu mendimisasikan dirinya dalam berbagai perilaku kehidupan. Dalam hal ini, ada beberapa pandangan mengenai hakikat manusia.
1.      Pandangan Psikoanalitik
Brend mengemukakan bahwa struktur kepribadian individu seseorang itu terdiri dari tiga komponen yakni: id, ego dan super-ego.
Id atau Das Es adalah aspek biologis kepribadian yang orisinil. Id meliputi berbagai insting manusia yang mendasari perkembangan individu. Dua insting yang penting adalah insting seksual dan agresi.
Ego atau das ich merupakan aspek psikologis ke pribadian yang timbul dari kebutuhan organisme untuk dapat berhubungan dengan dunia luar secara realistis.
Super-ego atau das uber ich adalah apek sosiologis kepribadian yang merupakan wakil nilai-nilai serta cita-cita masyarakat menurut tafsiran orang tua kepada anak-anaknya, yang diajarkan dengan berbagai perintah dan larangan. Super-ego lebih merupakan hal yang bersifat ideal dari pada hal yang riil, lebih merupakan kesempurnaan dari pada kesenangan.
Dalam dinamika dan realitas kehidupan pribadi, id lebih cendrung pada nafsu, sedangkan super-ego lebih cendrung kepada hal-hal yang moralis. Kemudian agar tercipta keseimbangan hidup, maka id dan super ego harus dijembatani hal yang bersifat realistik, yakni ego/ das ich.

2.      Pandangan Humanistik
Rogers, tokoh dari pandangan humanistik, berpendapat bahwa manusia memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif. Manusia itu rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Manusia adalah individu dan menjadi anggota masyarakat yang dapat bertingkah laku secara memuaskan.
Kemudian Adler yang juga pendukung pandangan humanistik, berpendapat bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh dorongan untuk memuaskan kebutuhan dirinya sendiri, tetapi manusia digerakkan dalam hidupnya sebagian oleh rasa tanggung jawab sosial dan sebagian lagi oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu.

3.      Pandangan Martin Buber
Manusia merupakan suatu data keberadaan yang berpotensi, namun diharapkan pada kesemestaan alam, sehingga, manusia itu terbatas. Keterbatasan ini bukanlah keterbatasan yang esensial, tetapi keterbatsan faktual.

4.      Pandangan behavioristik
Pandangan dari kaum behavioristik pada dasarnya menganggap bahwa manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar.
Hakikat anak didik adalah manusia dengan segala dimensinya seperti diuraikan melalui berbagai pandangan tentang manusia seperti di atas. Manusia adalah sentral dalam setiap aktivitas. Oleh karena dalam kegiatan belajar, manusia adalah subjek belajar.
Dari ke empat pandangan manusia tersebut ada beberapa pengertian pokok yang sangat relevan untuk memahami hakikat anak didik sebagai subjek belajar. Pengertian-pengertian pokok itu adalah sebagai berikut.
a.       Manusia pada dasarnya memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya.
b.      Dalam diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial individu.
c.       Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya sendiri.
d.      Manusia pada hakikatnya dalam proses “menjadi”, akan berkembang terus.
e.       Dalam dinamika kehidupan individu selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik.
f.       Manusia merupakan suatu keberadaan berpotensi yang perwujudannya merupakan ketakterdugaan. Tetapi potensi itu bersifat terbatas.
g.      Manusia adalah makhluk tuhan, yang sekaligus mengandung kemungkinan “baik” dan “buruk”.
h.      Lingkungan adalah penentu tingkah laku manusia dan tingkah laku itu merupakan kemampuan yang dipelajari.

B.     ANAK DIDIK SEBAGAI SUBJEK BELAJAR
Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Didalam proses belajar-mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa atau anak didik itu akan menjadi faktor “penentu” sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.
Pandangan yang menganggap siswa atau anak didik itu sebagai objek, sebenarnya pendapat usang yang terpengaruh oleh konsep tabulasi bahwa anak didik diibaratkan sebagai kertas putih yang dapat ditulisi sekehendak hati oleh para guru/pengajarnya. Dalam konsep ini berarti siswa hanya positif seolah-olah “barang”, terserah mau diapakan, mau dibawa ke mana, terserah kepada yang akan membawanya/guru. Sebaliknya guru akan sangat dominan, ibarat raja di dalam kelas.

B.         KEBUTUHAN SISWA
Pemenuhan kebutuhan siswa, di samping bertujuan untuk memberikan materi kegiatan setepat mungkin, juga materi pelajaran yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan, biasanya menjadi lebih menarik. Dengan demikian, akan membantu pelaksanaan proses belajar-mengajar. Adapun yang menjadi kebutuhan siswa antara lain dapat disebutkan dibawah ini.
1.      Kebutuhan jasmaniah
Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah, entah yang menyangkut kesehatan jasmani yang dalam hal ini olahraga menjadi materi utama. Disamping itu kebutuhan-kebutuhan lain seperti makan, minum, tidur, pakaian dan sebagainya, perlu mendapat perhatian.

2.      Kebutuhan sosial
Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, bergaul dan berpartisipasi dengan lingkungan, seperti misalnya bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status sosial dan kecakapan.

3.      Kebutuhan intelektual
Ada beberapa hal developmental tasked yang harus dipenuhi oleh setiap individu manusia subjek belajar.
a.       Memahami dan menerima baik keadaan jasmani
b.      Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman sebayanya.
c.       Mencapai hubungan yang lebih “matang” dengan orang dewasa.
d.      Mencapai kematangan emosional.
e.       Menuju kepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan finansial.
f.       Mencapai kematangan intelektual.
g.      Membentuk pandangan hidup.     
h.      Mempersiapkan diri untuk mendirikan rumah tangga sendiri.

Kedelapan developmental tasked di atas harus dapat dipenuhi bagi setiap orang. Hal ini juga dapat digunakan sebagai usaha memecahkan persoalan pemenuhan kebutuhan anak didik. Yang penting bagaimana sekolah, khususnya guru dapat mengenal anak didik sebaik-baiknya, agar dapat memberikan layanan dan bimbingan  yang lebih  serasi, konstruktif dan produktif.

D.    PENGEMBANGAN INDIVIDU DAN KARAKTERISTIK SISWA
Sudah populer di Indonesia bahwa tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya adalah ingin menciptakan “manusia seutuhnya”. Manusia seutuhnya adalah persona atau individu-individu yang mampu menjangkau segenap hubungan dengan tuhan, dengan lingkungan/alam sekeliling, dengan manusia lain dalam suatu kehidupan sosial yang konstruktif dan dengan dirinya sendiri. Persona atau individu yang demikian pada dirinya terdapat suatu kepribadian terpaku baik unsur akal pikiran, perasaan, moral dan keterampilan ( cipta, rasa, dan karsa), jasmani maupun rohani, yang berkembang secara penuh.
Karekteristik siswa adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.
Mengenai pembicaraan karakteristik siswa ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a.       Karakteristik atau keadaan yang berkenan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, seperti misalnya kemampuan intelektual, kemampuan berpikir, mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor.
b.      Karakteristik yang berhubungan dengan latar-belakang dan status sosial.
c.       Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain.

Adapun karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa:
1.      Latar-belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan.
2.      Gaya belajar.
3.      Usia kronologi.
4.      Tingkat kematangan.
5.      Spektrum dan ruang-lingkup minat.
6.      Lingkungan sosial ekonomi.
7.      Hamatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan.
8.      Intelegensia.
9.      Keselarasan dan attitude.
10.  Prestasi belajar.
11.  Motivasi dan lain-lain.
Disamping data atau keterangan-keterangan diatas, guru dalam perannya sebagai pendidik, pembimbing dan pengganti orang tua disekolah, perlu mengetahui data-data pribadi dari anak didiknya. Data-data pribadi itu misalnya saja:
1.      Keterangan pribadi, seperti nama, tanggal dan tempat lahir, alamat, jenis kelamin, nama orang tua/wali, kebangsaan, agama.
2.      Keadaan rumah seperti: pekerjaan orang tua, jumlah adik, pendidikan orang tua, agama orang tua, suasana rumah, status rumah ( menyewa, indikos, rumah sendiri).
3.      Kesehatan seperti penyakit-penyakit tertentu, cacat badan, kebiasaan hidup.
4.      Sifat-sifat pribadi.

Cara mendapatkan data atau keterangan mengenai keadaan dan karakteristik siswa antara lain sebagai berikut:
1.      Menggunakan berbagai jenis tes. Sebagai contoh misalnya tes penyelidikan penguasaan bahan pelajaran, bakat anak, tes penyelidikan watak anak.
2.      Melakukan observasi. Mengadakan pengamatan terhadap perilaku anak didik di dalam kelas, merupakan suatu langkah yang sangat baik untuk memperoleh data tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik.
3.      Mengunjungi rumah. Kunjungan rumah dari guru ke orang tua murid/siswa, dapat mengungkap keterangan bagaimana keadaan latar belakang keluarga, mungkin juga soal keadaan sosial ekonomi siswa, bagaimana keadaan lingkungannya.
4.      Menggunakan angket. Untuk mengetahui data pribadi dan latar-belakang serta bakat dan minat dapat juga dilakukan dengan cara pengisian angket.